Menu Tutup

ULAMA PEMERSATU UMAT

Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia mengusir kaum penjajah, tidak lepas dari peranan besar tokoh-tokoh Islam di negeri ini. Bahkan, tidak sedikit para ulama yang berada di garda terdepan memimpin umat.

 

Sebagian dari mereka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Contoh, Tuanku Imam Bonjol, KH Hasyim Asy’ari, Haji Agus Salim, dan masih banyak lagi yang mengobarkan semangat jihad para pejuang untuk berperang memaksa penjajah hengkang dari bumi pertiwi, bahkan menghancurkannya.

 

Selama hampir empat abad masa penjajahan di Indonesia, para ulama senantiasa memacu semangat umat untuk memerangi penjajah di wilayahnya masing-masing. Para ulama yang dipercaya memegang kendali strategi perang, dan senantiasa menjadi rujukan para pejuang untuk menentukan arah perjuangannya. Ke mana pun pejuang bergerak, para ulama senantiasa setia mendampingi.

 

Kondisi Umat Islam Akhir Zaman

Ada perang yang dipimpin Rasulullah saw untuk menaklukan kaum kafir Quraisy. Begitu juga perang yang digelorakan pahlawan kita untuk mengusir penjajah. Dan pada suatu masa ketika akhir zaman, umat Islam kembali menghadapi peperangan besar untuk melawan Dajjal, Ya’juj, dan Ma’juj.

 

Hal ini telah diisyaratkan dalam al-Quran dan sabda Rasul. Perjuangan Palestina melawan Zionis Israel, perjuangan para mujahidin di Suriah, Yaman, dan Mesir merupakan bagian dari skenario Allah menjelang peperangan besar di akhir zaman. Inilah cobaan berat untuk menguji keimanan umat Islam, termasuk mempersiapkan generasi tangguh untuk pasukan al-Mahdi.

 

Lalu, di mana posisi kita? Seberapa tangguh kita menghadapi berbagai tantangan tersebut? Apakah kita diam melihat umat Islam di negara lain ditindas oleh penguasa zalim? Padahal Rasulullah saw pernah bersabda, “Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin maka bukanlah golongan kaum muslimin.” (HR. Muslim)
Pada hadis lain Rasulullah saw mengingatkan, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR. Muslim)

 

Umat Islam dan Penyakit Cinta Dunia

Umat Islam menghadapi ujian yang amat besar, setelah hancurnya Kekhalifahan Turki Ustmani. Tidak ada lagi kepemimpinan yang menyatukan barisan. Umat Islam tercerai berai dan saling bermusuhan.

Allah SWT telah mengingatkan dalam firman-Nya, “Dan janganlah kalian berselisih yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang akan kekuatan kalian.” (QS. al-Anfal [8]: 46)
Jika kita jeli, kondisi saat ini serupa yang digambarkan Rasulullah dalam sabdanya, “Kalian kaum muslimin akan diperebutkan oleh umat-umat lain seperti orang-orang yang memperebutkan makanan (hidangan) yang ada di hadapannya.” Kami (para sahabat) bertanya,Apakah dikarenakan jumlah kita sedkit pada saat itu, wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab:Tidak, bahkan jumlah kalian banyak. Namun kalian seperti buih di air bah, sungguh Allah akan mencabut rasa takut dari hati musuh-musuh kalian, dan sungguh Allah akan memasukan penyakit wahn di dalam hatimu.’ Kami bertanya, ‘Apakah penyakit wahn itu wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Cinta dunia dan takut mati.’” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Kondisi umat Islam kini tergambar dalam hadis tersebut. Jumlah umat Islam termasuk yang paling besar dan akan menggeser agama Kristen. Namun, jumlah itu seakan tidak memiliki pengaruh berarti bagi umat Islam. Jika kita cermati, tidak ada negeri yang mayoritas muslim, bebas dari intervensi dan konspirasi global musuh-musuh Islam.

 

Sementara itu, umat Islam sedang digerogoti penyakit akut, yaitu wahn (cinta dunia dan takut mati). Bagi orang yang mencintai dunia berlebihan, dunia yang sementara ini seolah-olah abadi. Padahal mereka sesungguhnya pasti mati dan tertipu gemerlap dunia.

 

Allah SWT sudah mengingatkan dengan firman-Nya, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. al-Ankabut [29]: 64)
Wahn secara bahasa artinya lemah. Umat Islam yang terjangkiti penyakit wahn pasti menjadi lemah. Saat hati sudah diliputi wahn, maka tidak mampu menyeru seruan jihad fi sabilillah. Baik itu berjihad dengan menginfakkan harta di jalan Allah, apalagi menginfakkan jiwa di jalan-Nya.

 

Ulama Menguatkan dan Membangun Generasi Terbaik

Cinta dunia dan takut mati adalah penyakit yang menghancurkan semangat jihad. Padahal dahulu, inilah ruh yang dimiliki para sahabat Nabi Muhammad saw, sehingga mereka disebut sebagai generasi terbaik.

 

Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (yaitu masa sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (yaitu tabi’in), dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (yaitu tabi’ut tabi’in).” (HR. Muttafaq ‘alaih)

 

Umat Islam di Indonesia khususnya, banyak yang sudah terkena penyakit cinta dunia dan takut mati ini. Namun, ulama senantiasa menguatkan melalui tausiah-tausiah dan teladan baik yang diberikan.

 

Contoh paling nyata saat ini, terlihat ketika terjadi kasus penistaan agama yang dilakukan salah seorang gubernur di Indonesia. Peristiwa tersebut membangkitkan kembali persatuan umat Islam, yang sempat tercerai berai karena keegoisan dan sifat individualis.

 

Mereka yang bahkan salat lima waktu pun jarang, tapi ketika al-Quran dihina, mereka tidak terima. Semua lapisan umat Islam dari berbagai profesi, usia, dan daerah, bersatu padu merapat kepada ulama, untuk bersama-sama menuntut keadilan.

 

Aksi Bela Islam Jilid 1, Aksi Bela Islam 411, dan Aksi Bela Islam Super Damai 212 di Jakarta, yang melibatkan jutaan umat Islam Indonesia, menunjukkan kebangkitan Islam di tanah air. Umat Islam kini tidak lagi sekadar menjadi buih yang berserakan dan mudah diombang-ambing. Tapi, menjadi satu kesatuan yang kuat. Tentunya atas arahan dan nasihat para ulama. (Cristi az-Zahra)

Tinggalkan Balasan

Translate »
WhatsApp us