Menu Tutup

MENUMBUHKAN KEIKHLASAN

Dalam surat Al Bayyinah ayat 5, Allah SWT berfirman: “Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan semata-mata karena (menjalankan) agama, mendirikan shalat dan membayar zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”

Sebagai makhluk Allah, kita diciptakan di dunia ini semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Kita tidak diperintah untuk menyekutukan Allah dan berbuat maksiat. Akan tetapi, ibadah yang kita kerjakan masih belum sempurna jika tidak dilakukan dengan ikhlas. Dari sini dapat dipahami bahwa nilai ibadah tidak hanya diukur dari kuantitas yang telah dilakukan, tetapi dari kualitasnya.

Di antara kualitas ibadah yang paling utama adalah keikhlasan untuk mencari ridha Allah SWT. Sebagai contoh, seseorang yang sering bersedekah jika sekedar berharap mendapat sanjungan dari orang lain, di hadapan Allah SWT tidaklah bernilai. Ia tidak berhak mendapatkan balasan kebaikan dari-Nya.

Makna ibadah itu sendiri tidak terbatas pada kegiatan mahdhah (ritual) belaka, namun memiliki dimensi luas dan tidak terbatas, yaitu segala amal, perilaku dan perbuatan. Jika itu semua baik maka akan dianggap sebagai ibadah namun harus dilandasi dengan penuh keikhlasan, lalu diterima Allah dan diberi balasan yang setimpal.

Karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa menghadirkan keikhlasan dalam segala aspek kehidupan, menumbuhkan rasa cinta kepada Allah dalam dalam segala perbuatan.Dan Allah melaknat seseorang yang melakukan ibadah untuk mendapatkan penghargaan dari makhluk. Beribadah kepada selain Allah berarti telah melakukan dosa besar berupa syirik.

Seseorang yang melaksanakan ibadah secara ikhlas berarti juga telah menjalankan ajaran agama yang hanif (lurus). Ajaran agama mengajak manusia untuk selalu menjalankan kebenaran dan tidak berpaling kepada yang salah. Melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebaikan dan mencari kebenaran dengan dasar niat karena Allah SWT, sejatinya merupakan ibadah kepada-Nya. Oleh karena itu, setiap kali kita melakukan kebaikan, hendaknya dengan tujuan mencari ridha Allah SWT.

Menumbuhkan Keikhlasan Tidak Semudah Membalikkan Tangan

Namun kenyataannya, jarang kita temukan orang yang ikhlas dalam beramal. Kejahilan terhadap Sang Pencipta, menjadikan kebanyakan orang lebih berharap kepada manusia daripada balasan dari Allah taala. Dan ternyata memang, pada praktiknya pentingnya keikhlasan tidak menjadikan dia mudah untuk diterapkan. Bukan hanya bagi orang awam seperti kita, namun para ulama dahulu pun merasakannya.

Sufyan At Tsauri -semoga Allah merahmati beliau-misalnya berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagiku melebihi masalah niatku, karena ia mudah berbolak balik”.

Yusuf bin Husain -semoga Allah merahmati beliau- juga berkata, “sesuatu yang paling susah bagiku di dunia ini adalah keikhlasan, berapa kali aku bersungguh-sungguh untuk menghilangkannya dari hatiku, namun seakan akan dia tumbuh kembali dengan corak yang lain”. Namun demikian, bukan berarti ikhlas tidak bisa ditumbuhkan.

Hal utama yang harus dilakukan untuk menumbuhkan keikhlasan, pertama adalah mujahadah, yaitu menggerakan semua daya dan upaya agar senantiasa terpatri dalam jiwa. Benih tidak akan tumbuh menjadi batang lalu daun lalu pohon kecuali adanya usaha untuk tumbuhkan dengan diletakkan di dalam tanah, disiram dan dijaga.

Hal kedua, adalah senantiasa menghadirkan kebesaran Allah SWT. Bahwa dialah satu satunya Zat yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Tidak ada yang dapat menolak manfaat jika Dia hendak memberi manfaat. Pun tidak ada yang dapat memberi mudharat jika dia berkehendak.

Yang ketiga, adalah meminta kepada Allah agar diberikan keikhlasan. Karena sesungguhnya semua kebaikan seorang hamba merupakan taufik dari Allah SWT. Manusia tidaklah memiliki daya dan upaya untuk beramal kecuali jika disertai dengan taufik dari Allah taala. Yang karenanya mengandalkan kemampuan diri dan hanya bersandar kepada usaha tanpa meminta bantuan dari sang pencipta merupakan sebuah keteledoran.

Yang keempat, seperti halnya akhlak selainnya adalah fitrah (pemberian murni Allah), juga bisa diusahakan, dipelajari. Begitu pula keikhlasan juga perlu untuk dipelajari. Tentang makna, hakikat, serta hal hal yang dapat menodai keikhlasan, untuk kemudian berusaha mempraktekannya.

Adapun kelima agar keikhlasan dapat tumbuh dalam jiwa adalah memahami akan besarnya pahala keikhlasan. Serta akibat dari amalan yang tidak disertai dengan keikhlasan. Bahwa ikhlas merupakan satu satunya jalan menuju surga. Ikhlas juga merupakan pintu keselamatan dari godaan setan. Sebaliknya, tanpa keikhlasan suatu amal tidak akan diterima, dan tanpanya juga seorang hamba akan terjerumus ke dalam neraka.

Dan terakhir adalah pergaulan, yaitu selalu bergaul dan berkumpul dengan orang yang ikhlas. Dengan harapan bisa berqudwah dan mengikuti mereka dalam keikhlasan. Bahwa jika kita ingin melihat agama seseorang cukup dengan melihat agama teman dekatnya, sebagaimana wasiat Rasulullah SAW. Pilihlah kawan yang baik, maka kita pun akan menjadi baik dengan Izin Allah taala.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan taufik-Nya kepada kita semua agar senantiasa diberikan keikhlasan dalam ibadah, beramal dan berbagai aktifitas lainnya. Karena sesungguhnya tidak ada keselamatan kecuali dengan keikhlasan.

Tinggalkan Balasan

Translate »
WhatsApp us