Menu Tutup

Sedekah Jodoh

Seorang laki-laki datang saat saya buka konselingan di daerah Cilacap. Sekian tahun silam. “Saya belom punya jodoh.”

Saya lalu bilang, dengan izin Allah ni cerita, “Beli aja Pak … jodohnya dibeli aja … dengan sedekah …”

Setelah sedikit berbincang, bapak usia 40 tahun ini ngeluarin sedekahnya. Untuk membeli jodoh. 50.000-an, 4 lembar. Tanpa bermaksud ngeledek, dengan bahasa orang yang sangat dekat dengan lawan bicara, saya nanya, “Mau yang cakep ga? Cakep segala-gala?”

Bapak ini tertawa. Dia paham maksudnya. “Yang cakep,” katanya sambil terkekeh-kekeh sendiri.

“Kalau pengen yang cakep, tambahin dah, kalo ada,” kata saya.

Apa yang kemudian dilakukan Bapak itu?

Bapak ini bilang ada, lalu pamit. Janjian lagi di stasiun Purwokerto. Sebab saya balik dari Purwokerto saat itu.

Sore hari, di salah satu rumah singgah, saya ngobrol ringan dengan kawan-kawan sana. Dan di antara kami, ada seorang perempuan. Perempuan ini, dengan ibunya, mengadu dan minta di doakan, agar bisa berjodoh. Saat itu, saya bilang yang sama, sedekah aja.

Sekitar jam 17, bapak yang mau jodoh, yang sedekah 200.000 di pagi hari, dateng. Ketemu saya di rumah singgah. “Maaf Stad. Saya terlambat. Alhamdulillaah ustadz masih ada.”

Bapak ini ngeluarin uangnya, “untuk tambahan tadi pagi …”

Nah, apa yang kemudian terjadi?

Saya merespon cepat. “Pak, lihat ke kiri bapak. Ini ada perempuan yang mau nyari jodoh. Gimana kalau dengan beliau aja?”

Bapak ini nambahin 800.000. Jadi total saat itu, sedekah 1 juta.

“Minta doanya ya stadz …” Bapak ini tersenyum malu-malu. Perempuan tersebut juga, apalagi. Tapi ini semua sudah diatur Allah, Allah yang mempertemukan.

Sedekah dari keduanya yang membawa mereka berjodoh. Subhaanallaah dah …

Oke deh. Ntar cerita-cerita lagi. Selamat bersedekah. Latihan aja untuk nambah, nambah, dan nambah terus dalam kualitas dan kuantitas sedekah

Sumber : yusufmansur.com

Tinggalkan Balasan

Translate »
WhatsApp us