Menu Tutup

Menjaga Hati; KH. Abdullah Gymnastiar

Rasulullah SAW  telah diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia. Itu misi terpenting Rasulullah di muka bumi ini. Maka, akhlak harus menjadi panglima. Kalau mengaku menjadi umat Rasul, maka akhlaknya harus baik. Hakekat syariat itu dari Allah dengan perantara penjelasan Rasul-Nya.

Namun pelaksanaan syariat yang telah ditetapkan adalah berasal dari hati kita. Semuanya berpangkal dari hati; jika baik hatinya (qalbunya), baiklah seluruh amalan hidupnya, kalau buruk maka buruklah semua amalannya. Di dalam qalbu itulah niat kita diletakkan.

Bagaimanakah ciri-ciri orang yang dalam hatinya terdapat penyakit? Ketahuilah orang tersebut dengan rumusan “TENGIL”:  Takabbur, Egois, Norak, Galak, Iri, dan Licik. Pembahasan “tengil” ini jangan untuk menghakimi orang lain, tetapi sebagai muhasabah diri sendiri.

Takabbur/sombong; mendustakan kebenaran dan meremehkan orang lain. Berhati-hatilah jika kita merasa penyakit ini ada dalam hati kita, karena penyakit ini adalah sebab adanya hijab atau pembatas antara Allah dan kebaikan-kebaikan di dunia ini dengan dirinya. Contoh; Berangkat ke masjid tidak boleh di dalam hatinya menghina bagi mereka yang belum ke masjid. Siapa tahu suatu saat ia yang akan lebih menikmati hidayah yang Allah berikan dari pada kita.

Perlu diingat bahwa kita dihargai orang lain karena Allah masih menu-tup-nutupi aib, dosa-dosa, dan maksiat kita semuanya. Bayangkan bagaimana jika itu semua dibuka. Maka jangan terperdaya oleh penghormatan.

Egois; dapat dibayangkan seorang pemuda yang sedang duduk di bus, kemudian datang wanita hamil, lalu pemuda tersebut segera berdiri dan menawarkan tempat duduknya ‘Bu .. silahkan duduk di sini’. Tentu seorang ibu merasa ringan beban karena pertolongan dan pengorbanan pemuda tersebut. Berbeda seorang pemuda  yang duduk di bus kemudian datang perempuan hamil dan ditanya ‘ibu lagi hamil? Iya, sudah berapa bulan? Sudah delapan bulan, oh.. pantas terlihat sudah besar, ibu mau punya anak yang kuat?’ kemudian sang ibu menjawab ‘Mau’. Lalu dilanjutkan oleh anak pemuda tersebut, ‘Saya beritahu salah satu caranya. Yaitu anak yang kuat terlahir dari ibu yang kuat contohnya ‘berdiri”.

Dengan bahasa yang sopan dan sapaan yang santun, namun keegoisannya begitu tampak. Artinya meskipun sikap dan tutur katanya santun tetapi dia egois. Menjauhkan diri dari keegoisan itu akan menjadikan kita lebih mulia dan barokah. Maka, kita belajar, kaya, berpangkat tinggi tidak lain untuk menebar manfaat sekecil apapun bagi orang lain.

Norak (Riya’); Yaitu orang yang lebih sibuk mencari penilaian makhluk daripada penilaian Khaliq (Allah). Rumus ikhlas adalah kita menyadari bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Membalas, maka buat apa berbuat sesuatu supaya dipuji oleh sesama makhluk Allah? Jadi yang penting berbuat bukan untuk dipuji manusia.  Cukuplah Allah sebagai saksi atas perbuatanku ini.

Galak; maka jangan jadi pemarah. Rasulullah SAW bersabda, “La taghdhab wa lakal jannah“, jangan marah maka bagimu surga kelak. Rasul selalu mengingatkan untuk tidak marah supaya mendapatkan surga. Sikap marah dan tegas itu berbeda, perbedaan marah dan tegas adalah: kemarahan sumbernya nafsu, keluarnya amarah, dan ujungnya dzalim pada orang lain. Adapun tegas sumbernya takut pada Allah, keluarnya ketegasan, ujungnya adalah adil. Dengan kemarahan selalu ada hati yang tersakiti, dengan ketegasan selalu muncul pengertian.

Iri; sifat iri rumusnya SMS (Senang Melihat orang Susah dan Susah Melihat orang Senang). Supaya hidup jauh dari dengki, jangan pikirkan takdir orang lain, tetapi syukuri takdir diri sendiri. Percayalah, orang yang dengki kepada kita tidak akan membahayakan kita, justru yang berbahaya adalah bila kita dengki kepada orang lain. Biarkanlah orang lain dengki dengan kita. Artiya, nama kita selalu ada di hatinya. Pahala pendengki akan diberikan kepada kita. Kalau sudah habis, giliran dosa kita yang diberikan kepada pendengki itu. Jadi, yang rugi adalah yang dengki.

Licik; lawan dari kejujuran. Barang siapa yg berdusta maka tidak akan sukses. Tidak ada orang yang hancur kecuali karena awalnya tidak jujur. Jauh lebih baik orang dihina tapi dia jujur daripada dia dipuji tapi tidak jujur. Kejujuran itu menunjukkan jalan pada kebenaran dan kebaikan, dan kebenaran serta kebaikan itu menunjukkan jalan ke surga. Adapun licik atau tidak jujur selalu menjerumuskan kita ke jalan kejahatan, dan kejahatan itu menuntun kita ke neraka.

Begitulah ciri-ciri sifat seseorang yang di hatinya terdapat penyakit. Sekali lagi, pembahasan ini bukan bertujuan untuk menghakimi orang lain di sekitar kita, namun untuk muhasabah dan introspeksi diri kita sendiri. Dengan mengetahui rumusan ‘Tengil’ ini, semoga kita lebih rajin mengevaluasi niatan hati kita, agar segala amal baik kita diterima oleh Allah SWT.

Tinggalkan Balasan

Translate »
WhatsApp us