Menu Tutup

MENGUAK URGENSI SEDEKAH

Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk bersedekah di jalan Allah, “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Baqarah [2]: 195).

Allah menjanjikan jalan yang mudah atau surga bagi orang yang memberikan hartanya di jalan Allah. Sebagaimana firman-Nya, “Ada pun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik surga maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah (kebahagiaan).” (QS. al-Lail [92]: 5-7).

Sesungguhnya orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah mendapat balasan berlipat ganda, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 261).

Pada suatu waktu, seorang fakir datang meminta bantuan kepada Imam Jafar bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Kemudian Imam Jafar berkata kepada pembantunya, “Apa yang ada padamu?” Pembantu itu menjawab, “Kita punya empat ratus dirham.”

Imam Jafar berkata, “Berikanlah uang itu kepadanya!” Sang pembantu pun memberikannya kepada orang fakir kemudian meninggalkan rumah Imam Jafar dengan rasa gembira.

Tidak berapa lama kemudian Imam Jafar memanggil pembantunya. Setelah muncul, Imam Jafar berkata, “Panggil dia kembali!”

Orang yang dipanggil itu menghadap Imam Jafar kemudian berkata dengan sedikit keheranan, “Aku meminta kepadamu dan kau memberiku, lalu gerangan apakah Anda memanggilku kembali?”

Imam Jafar berkata, “Rasululah saw bersabda, ‘sebaik-baik sedekah adalah yang membuat orang lain tidak butuh lagi.’ Kami belum membuat kamu merasa tidak butuh lagi. Karena itu, ambillah cincin ini. Harganya sepuluh ribu dirham. Jika kamu memang memerlukan, juallah cincin ini dengan harga tersebut.”

Kontan saja orang fakir itu gembira mendapatkan barang yang nilainya lebih dari kebutuhan yang dibutuhkan sekadar makan dan minum.

Orang pada zaman sekarang yang melakukan sedekah seperti Imam Jafar mungkin bisa dihitung dengan jari. Paling banyak yang bersedekah dengan mempertontonkan kekayaan atau harta berlimpah dengan dipublikasikan di media massa atau tertulis pada papan pengumuman.

Memang tidak salah hal itu dilakukan jika niatnya untuk mendorong orang lain agar tertarik bersedekah. Allah berfirman, “Jika kamu menampakkan sedekah maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Baqarah [2]: 271).

Dalam surah al-Maaâ’uun [107], Allah menyebut orang yang tidak mau sedekah untuk membantu fakir miskin sebagai pendusta agama meski mereka rajin salat.

Tanpa bersedekah, kita tidak akan mendapat pahala: “Kamu sekalian tidak akan memperoleh kebaikan (pahala), kecuali menafkahkan (memberikan) apa yang kalian cintai.” (QS. Ali Imran [3]: 92).

Di antara rahasia dan keutamaan orang yang rajin bersedekah, yaitu sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis: “Orang yang pemurah itu dekat dari Allah, dekat dari manusia, dekat dari surga dan jauh dari neraka. Ada pun orang yang kikir, maka jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat kepada neraka (siksaan Allah).” (HR. Tirmidzi dan Baihaqi).

Hadis tersebut cukup jelas menggambarkan keutamaan sedekah. Jika kita tidak sedekah, Allah bisa murka dan kita bisa mati dalam keadaan su’ul khotimah atau masuk neraka. Padahal kita ingin mati dalam keadaan husnul khotimah bukan?

Penulis: KH. Drs. Muchtar Adam

Tinggalkan Balasan

Translate »
WhatsApp us