Menu Tutup

10 Puasa sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW

10 Puasa sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW

Imam Ghazali dalam kitabnya berjudul “Ihya Ulumuddin” mengungkapkan tingkatan dalam berpuasa, yaknishaumul umum (puasa kelas awam), shaumul khushus (puasa kelas istimewa), dan shaumul khushusil khushus (puasa kelas sangat istimewa).

Menurutnya, ketiga tingkatan puasa ini bagaikan tangga yang selalu menarik perhatian siapa pun untuk menaikinya, agar sampai di tempat yang lebih tinggi.

Bahkan diterangkan bahwa ibadah puasa itu merupakan seperempat bagian dari iman. Artinya barang siapa tak puasa tanpa alasan yang jelas, maka imannya berkurang seperempat.

Hal tersebut disimpulkan dari dua sabda Rasulullah SAW, yang pertama berbunyi “ الصوم نصف الصبر”puasa merupakan setengah dari kesabaran. Lalu hadits kedua berbunyai الصبر نصف الإيمان ” sabar adalah setengah dari iman.

Kedua hadits tersebut sebenarnya bukan hanya menunjukkan tingkatan puasa dalam iman, tapi juga menghubungkan tiga unsur, yakni puasa, sabar dan iman. Jika dicermati, sesungguhnya ketiganya punya hubungan yang erat.

Sabar adalah inti dari puasa. Kesabaran saat menahan segala larangan dhahiriah yang bisa membatalkan puasa, serta larangan batiniyah yang mengurangi makna puasa. Keduanya termasuk ujian yang berat. Sekaligus sebagai barometer kualitas keimanan seseorang.

Tingkatan puasa sebenarnya kembali kepada hukumnya, yakni sunnah atau wajib. Meski begitu sejumlah puasa sunnah telah dianjurkan untuk dikerjakan karena memiliki keutamaan yang istimewa.

Simak selengkapnya mengenai tingkatan puasa sunah berikut ini, seperti dihimpun dari berbagai sumber,

1. Puasa Tasua dan Puasa Asyura

Puasa Tasua dan Asyura ditunaikan setiap tanggal 9 dan 10 Muharram pada Kalender Hijriyah. Dalam ajaran Islam, bulan Muharram memiliki keutamaan. Bahkan diyakini sebagai bulan suci dan dimuliakan setelah bulan Ramadhan.

Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri dalam riwayat Muslim menjelaskan betapa beliau merindukan puasa di hari tersebut.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ قَالَ يَعْنِي يَوْمَ عَاشُورَاءَ

Artinya: “Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalau sekiranya aku hidup hingga tahun depan, niscaya aku akan puasa pada hari Sembilan (Muharram)’ pada riwayat Abu Bakar ia berkata, yakni ‘pada hari sepuluh (Muharam),'” (HR Muslim).

Berikut ini contoh lafal niat puasa Tasu’a.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatit Tasu’a lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Tasu’a esok hari karena Allah SWT.”

Berikut ini bacaan niat puasa Tasua dan Asyura jika digabung:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnatit Tasu’a awil asyura lillahi ta’ala

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.”

2. Puasa Senin Kamis

Tingkatan puasa sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW selanjutnya adalah berpuasa senin kamis. Puasa sunnah yang ditunaikan pada hari Senin dan Kamis adalah puasa sunnah yang cukup populer dilakukan umat Muslim.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan:

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.

“Rasulullah SAW biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739. All Hafizh Abu Thohir menyebutkan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih)

3. Puasa Ayyamul Bidh

Tingkatan puasa sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW berikutnya adalah berpuasa di pertengahan bulan atau Ayyamul Bidh. Pada dasarnya puasa ayyamul bidh ini dikerjakan selama 3 hari. Meski dianjurkan demikian, tak jadi masalah jika puasa Ayyamul Bidh dilakukan hanya 1 atau 2 hari saja.

“Sungguh, cukup bagimu berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, sebab kamu akan menerima sepuluh kali lipat pada setiap kebaikan yang Kaulakukan. Karena itu, maka puasa ayyamul bidh sama dengan berpuasa setahun penuh,” (HR Bukhari-Muslim).

Berikut bacaan niat puasa Ayyamul Bidh, jika dibaca sebelum sahur:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ اَيَّامَ اْلبِيْضِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

“Nawaitu shouma ghadin ayyamal bidhi sunnatan lillahi ta’ala”

Artinya: “Saya niat berpuasa besok pada ayyamul bidh sunah karena Allah Ta’ala.”

4. Puasa Syaban

Sesuai dengan namanya, puasa sunah Syaban adalah salah satu macam puasa yang dilakukan di Bulan Sya’ban.

Keistimewaan bulan Syaban bahkan begitu disanjung oleh Nabi Muhammad SAW. Usamah bin Zaid berkata, “Ya Rasulullah SAW, aku tidak pernah melihatmu berpuasa sebanyak di bulan Sya’ban.”

Rasulullah SAW bersabda, “Ini (bulan Syaban) adalah bulan yang tidak banyak diperhatikan orang-orang antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan saat berbagai amalan diangkat kepada Allah SWT. Aku suka amalanku diangkat saat sedang berpuasa.” (HR Imam An-Nasa’i).

Adapun bacaan niat puasa syaban:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitusaumasyahrisyahbanlillahi taala”

Artinya: Saya niat puasa bulan syaban, sunnah karena Allah taala.

5. Puasa Syawal

Tingkatan puasa sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW selanjutnya ada Puasa Syawal. Puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dilakukan selama enam hari di bulan Syawal, pasca hari raya Idul Fitri.

Puasa ini hukumnya sunnah mustahabbah (sangat dianjurkan) tidak wajib. Berdasarkan hadits berikut:

مَنْ صَامَ رَمَضانَ ثُمَّ أَتَبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كانَ كصِيَامِ الدَّهْرِ

“Siapa yang melakukan puasa Ramadhan lantas ia iringi dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti berpuasa setahun penuh.” (HR Muslim, no 1164).

Berikut ini lafal niat puasa Syawal enam hari:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى‎

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT.”

6. Puasa Sunnah Dzulhijjah

Bulan Dzulhijjah adalah salah satu dari empat bulan yang sangat dimuliakan, selain Dzulqa’dah, Muharram, dan Rajab.

Dzulhijjah adalah bulan di mana jatuhnya Hari Raya Idul Adha atau juga dikenal sebagai bulan Haji. Namun tentu saja tak hanya berkurban dan berhaji, ibadah yang bisa dilakukan di bulan ini termasuk berpuasa.

Tentu momentum yang dimuliakan ini bisa digunakan untuk memperbanyak ibadah, salah satunya puasa sunnah. Puasa sunnah di bulan Dzulhijjah sendiri ada beberapa yang bisa dikerjakan, berikut di antaranya:

– Puasa Sunnah 1-7 Dzulhijjah

Puasa sunnah 1-7 Dzulhijjah adalah puasa sunnah yang ditunaikan sejak tanggal 1 sampai 7 Dzulhijjah. Puasa sunnah ini adalah salah satu amalan yang dianjurkan dikerjakan dalam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Adanya keutamaan puasa Dzulhijjah dalam Islam ini tertuang dalam hadis berikut:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَ بَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْ دِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِ يَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَ امِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya:

“Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah SWT untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.” (HR. At-Tirmidzi)

Untuk mulai menjalankan amalan puasa ini, disunnahkan untuk membaca niat puasa sunnah 1-7 Dzulhijjah seperti berikut:

“nawaitu shauma syahri dhilhijjati sunnatan lillaahi taaala”

Artinya: Aku niat puasa sunnah di bulan Dzulhijjah karena Allah Taala

7. Puasa Arafah 9 Dzulhijjah

Puasa sunah Dzulhijjah selanjutnya ada di tangga 9 atau lebih dikenal sebagai puasa Arafah. Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dikerjakan sehari sebelum hari Idul Adha, tepatnya tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa Arafah ini

Adanya keutamaan puasa ini dalam Islam dijelaskan dalam hadis berikut:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَ سِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّ نَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَحْتَ سِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَ فِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ

Artinya:

“Puasa sunnah pada bulan Dzulhijjah menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.” (HR. Muslim)

Bacaan niat puasa sunah Arafah di malam hari:

Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa’i sunnati Arafah lillaahi ta‘aalaa.

Artinya, “Saya berniat puasa sunah Arafah esok hari karena Allah SWT.”

Lafal niat puasa Arafah di siang hari:

Nawaitu shauma haadzal yaumi ‘an adaa’i sunnati Arafah lillaahi ta‘aalaa.

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Arafah hari ini karena Allah SWT.”

8. Puasa Muharram

Puasa Muharram adalah macam puasa sunnah yang dilakukan di bulan Muharram, atau tahun barunya umat Islam. Puasa Muharram biasanya dilakukan di tanggal 10 yang dikenal dengan puasa sunnah Asyura.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam- Bersabda yang artinya:

“Seutama-utama puasa setelah Ramadhan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama salat sesudah salat fardhu, ialah salat malam.” (HR. Muslim no. 1163)

Berikut lafal niat puasa Asyura adalah “Nawaitu saumaghodinmin yaumi asyurasunnattanlillahi taala.”

Artinya: Aku berniat puasa sunnah Asyura, karena Allah taala.

9. Puasa Daud

Puasa sunnah Nabi Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-seling, yakni sehari puasa dan hari berikutnya tidak. Begitu seterusnya.

Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari Muslim)

Adapun niat dalam menjalankan puasa sunnah Daud sebagai berikut: Nawaitu shauma daawuda sunnatallillahi taaala.

Artinya: Saya niat puasa Daud, sunnah karena Allah taala.

10. Puasa Tarwiyah

Tingkatan puasa sunah berikutnya ada Puasa Tarwiyah, yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Istilah tarwiyah ini berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air.

Hal ini karena di hari tersebut, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju Mina.

Niat puasa Tarwiyah yakni sebagai berikut:

Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala.

Artinya: “Saya niat berpuasa sunnah tarwiyah karena Allah ta’ala.”

Setelah membaca niat puasa tersebut, bisa menjalankan sahur di dini hari selanjutnya dan menunaikan puasa Tarwiyah.

Translate »
WhatsApp us