Menu Tutup

The Power of Tawakal

IBADAH tawakal sebagai salah satu bentuk ibadah hati memiliki pengaruh signifikan bagi seseorang dalam menjalani kehidupannya di dunia. Seperti apa pengaruh tawakal? Sebagai contoh, ambil satu kasus seseorang yang diancam akan dipecat oleh atasannya.

Jika ia bertawakal dan berserah diri kepada Allah SWT, ia tidak terlalu panik dengan masalah itu selama ia telah berupaya untuk berada dalam posisi yang benar. Ia meyakini bahwa atasannya selama ini hanyalah perantara yang dihadirkan oleh Allah SWT. Lewat atasannya itu rizki Allah SWT ia terima. Allah SWT, sang pemberi rizki berkuasa penuh untuk memberikannya lewat perantara siapapun yang Dia kehendaki.

Itulah sekilas gambaran perasaan orang yang bertawakal dalam menghadapi masalah kehidupan. Coba bandingkan dengan orang yang tidak bertawakal saat menghadapi masalah yang sama. Maka, kita bisa menemukan kekuatan dan keajaiban sikap dari tawakal.

Makna Tawakal

Tawakal adalah kesejatian hati dalam bersandar kepada Allah SWT dalam mengusahakan kebaikan baik dalam urusan dunia maupun akhirat. (Jami’ al-‘ulum wa al-hikam, Ibnu Rajab Al-Hanbali hal. 409). Menurut Imam Al-Jurjani, tawakal adalah: percaya dengan apa yang ada di sisi Allah SWT, dan memutus harapan dari apa yang ada di tangan manusia. (At-ta’rifat, hal. 74).

Tawakal kepada Allah SWT berarti kebergantungan hati kepada-Nya. Tentu dalam makna ini, tawakal tidak bertolak belakang dengan sikap usaha atau upaya. Ada tiga kaedah dalam memahami keterkaitan antara sikap tawakal dan usaha.

Pertama, tawakal tidak menafikan usaha. Hal ini dapat kita pahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, beliau berkata: “Seseorang berkata kepada Rasulullah SAW (tentang untanya): wahai Rasulullah, aku ikat pelana kuda kemudian aku bertawakal atau aku biarkan dan aku bertawakal? Rasulullah SAW menjawab: “ikatlah dan bertawakalah”. (HR At Tirmidzi).

Kedua, usaha tetap harus dilakukan sekecil apapun. Perhatikan ketika Allah SWT memerintah Nabi Ayyub As untuk menginjak-injak bumi agar memancarkan air untuk menjadi obat untuk penyakit yang dideritanya. Dalam kondisi normal, mungkinkah hentakan kaki itu bisa segera memancarkan air dari perut bumi? Tentu tidak. Tetapi Allah SWT ingin mengajarkan kita tentang keharusan melakukan upaya, sekecil apapun.

Ketiga, tidakbersandar kepada usaha yang dijalankan, tetapi bersandar kepada Allah SWT. Tetap melakukan usaha, sambil meyakini bahwa Allah SWT yang memberikan pengaruh atas usaha tersebut. Sebagaimana Allah SWT berkuasa untuk memberikan pengaruh atas satu usaha, Ia juga berkehendak untuk menghalangi pengaruh dari usaha tersebut. Begitulah ketika Nabi Ibrahim As dilempar dalam kobaran api, Allah SWT berkehendak menghilangkan pengaruh panas dari api tersebut.

Buah Tawakal

Beruntunglah siapa yang menghias dirinya dengan tawakal kepada Allah SWT. Beribu manfaat akan didapat, baik manfaat yang dirasakan langsung ataupun yang datang kemudian. Apa saja manfaat dan buah dari bertawakal? Diantaranya sebagai berikut:

1.  Pertolongan Allah SWT

Tawakkal merupakan kunci pertolongan Allah SWT. Allah SWT memerintah kepada para nabi untuk bertawakal, maka Ia pun menganugerahkan pertolongan bagi mereka. “Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal”. (QS Ali Imran: 160)

2.  Terbukanya Pintu Rezeki

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab ra, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Jika kalian bertawakal kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya, maka kalian akan diberikan rizki sebagaimana burung, ia berangkat di awal siang dalam kondisi lapar dan pulang di akhir waktu siang dalam kondisi kenyang”. (HR At Tirmidzi).

3.  Kecukupan dan Perlindungan

Allah SWT berfirman: “dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya”. (QS At Thalaq: 3). “dan bertawakalah kepada Allah. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung”. (QS An Nisa: 81).

Sungguh mulia hamba yang memperbanyak amal kebaikan di Dunia. Sungguh mulia dan beruntung hamba yang senantiasa menyandarkan hasil dari usaha dan amalnya kepada Allah SWT. Ia meyakini bahwa di atas segala upaya yang dilakukan ada Zat Yang Maha Berkehendak dan Berkuasa atas segala sesuatu.

Itulah keimanan kelompok manusia pilihan Allah SWT, yang dicirikan dengan sifat tawakal. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah mereka bertawakal. (QS Al Anfal: 2). Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Translate »
WhatsApp us