Menu Tutup

Sayyidul Istighfar

Sayyidul Istighfar :

Awllohumma Anta Robbii… Laa ilaaha illaa Anta. Kholaqtanii. Ana ‘abduka. Ana ‘alaa ahdika wa wa’dika mastatho’tu. a’uudzu bika min syarri maa shona’tu. abuu-u laka bini’matika ‘alayya. wa abuu-u bidzambii. faghfirlii. fa-innahuu laa yaghfirudzdzunuuba illaa Anta.

Bacaan ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, mengingatkan kita akan janji setia dengan Allah. Janji setia yang paling suci, paling agung, paling mulia, paling besar. Janji untuk melaksanakan apa-apa yang Allah perintahkan dan sekuat tenaga menjauhi apa yang dilarang.

Kita kan biasa, dengan ucapan-ucapan janji setia. Kepada bendera merah putih misalya. Bahkan kepada bendera almamater, dan juga partai, hehehe. Janji setia sebagai karyawan juga. Pake MOU segala. Hehehe.

Kita diingatkan Allah, dengan mengingatkan diri kita sendiri, bahwa ayo… Sekuat tenaga menjadi hamba-Nya. Jika ingin diampuni dan diberi banyak berkah dan karunia.

Lalu disebut sekuat tenaga kah? Bila baru gerimis dikit, dah ga ke masjid? Baru ada tamu satu dua aja, Allah dah di entar-entarin? Baru dapet duit dikit aja, Allah udah ditinggal, pergi maksiat? Dan kedunguan kita yang lain.

Sekaligus permintaan ini, membuat kita merintih. Bahwa ini ucapan, Allah Yang Ajarkan. Maka minta sama Allah, agar Allah menguatkan, memberi taufik, hidayah, kemampuan, untuk menjalankan apa yang diucapkan.

Sekuatnya, semampunya, bukan seadanya. Tapi pacu diri. Sampe maksimalnya. Bisa dhuha 4, kenapa langsung nyerah ambil 2? Apalagi sampe ga shalat dhuha. Bisa qobliyah ba’diyah, sbnrnya, tapi mengapa juga ga ada qobliyah ba’diyah? Bisa ngaji 1 lembar? Sehari? Sama artinya. Kenapa juga malahan Ramadhan berlalu, berlalu juga bacaan Qur’annya.

Pemenang bukan yang ikut lomba dengan seadanya, sesantai-santainya. Dia akan berjuang sampe garis finish. Hingga layak disebut pemenang. Sebab dah berjuang maksimal.

sumber: yusuf mansur .com

Tinggalkan Balasan

Translate »
WhatsApp us